Senin, 05 Desember 2011

BIBIT JABON 70CM-UP @Rp. 2,500/JABAR

BIBIT JABON 70CM-UP @Rp.2,500/PRANGKO JABAR: JABON 70CM-UP @Rp. 2,500/JABAR: JENIS : JABON STOK : 30,000 BIBIT UKURAN : 70CM-UP MINIMUN PEMESANAN : 2,500 BIBIT HARGA : @Rp. 2,500 (PRANGKO JAWA BARAT) ...

Senin, 14 November 2011

Persemaian

Untuk menunjang keberhasilan tanaman maka diperlukan persiapan bahan tanaman dengan sebaik-baiknya, agar mendapatkan bibit yang baik maka perlu adanya persemaian yang memadai. Persemaian digolongkan dalam dua tipe, yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap.
Persemaian sementara (non permanent nursery), biasanya lokasi tidak terlalu luas, jangka waktu pendek paling lama 2 kali, selalu mengikuti lokasi penanaman, dan perlengkapan yang digunakan sederhana. Namun demikian tipe persemaian ini memiliki kelebihan : semai yang dihasilkan sudah beradaptasi dengan lokasi tanam/lingkungan setempat, kerusakan angkut tidak telalu besar karena jarak angkut relatif dekat dan investasi murah/kecil. kelemahannya karena terpencar-pencar letaknya maka proses pengendaliaana mutu menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Persemaian permanen (permanent nursery), lokasinya terpusat dan tidak mengikuti lokasi tanaman, jumlah bibit yang dibuat atau dihasilkan banyak dan waktunya lama (permanen). Kelebihannya adalah produksi hasil persemaian umumnya mencapai skala besar dan terencana, sehingga akan memberikan kemudahan dalam perencanaan produksi bibit dan pengendalian mutu bibit. Sifatnya permanen, makaa memungkinkan untuk digunakan teknologi yang lebih modern sehingga keseragaman bibit dan kwalitasnya dapat lebih terkontrol. Persemaian yang terpusat memungkinkan untuk penyatuan saranaa dan prasarana yang terbatas untuk propes produksi bibit, misalnya sistem irigasi, media dll, sehingga penggunaannya akan lebih efisien. Persemaian yang terpusat akan memberikan peluang peningkatan kemampuan manajemen personal (pembina SDM) untuk meningkatkan kwalitas bibit yang dihasilkan.

Perbenihan

Lalu lintas perbenihan pohon hutan di indonesia telah mengalami banyak perubahan. Penggunaan benih bermutu, baik genetik maupun fenotifik, semakin dirasakan penting karena langsung berhubungan dengan kualitas dan prodiktivitas tegakan yang akan dihasilkan. Benih unggul, yaitu benih bermutu genetik, biasanya hanya dapat ddiperoleh dari kebun benih hasil perbanyakan generatif/vegetatif dari pohon plus yang diseleksi melalui program pemuliaan selektif khusus untuk memproduksi benih. 

Pembangunan kebun benih dan pengadaan benih mermutu merupakan program pemuliaan jangka panjang yang memerlukan waktu yang lama. Untuk mengisi kekosongan produksi benih sebelum kebun benih terealisir, dibuat program perbenihan jangka pendek melalui identifikasi sumber benih yang bersifat sementara, seperti misalnya Areal Produksi Benih (APB) dari tegakan yang sudah ada, atau melalui pemapanan Areal Produksi Benih baru, serta tegakan provenans (provenan stand), sebagai upaya peningkatan kualitas genetik benih secara bertahap sampai kebun benih hasil pengujian genetik selesai. 

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk penunjukan suatu sumber benih, diantaranya adalah produktivitas, kualitas tegakan, assesibilitas, ketersediaan tenaga kerja, serta tapak tempat tumbuh. Mengacu pada persyaratan tersebut, Balai Perbenihan dan Tanaman Hutan (BPTH) telah menentukan beberapa klas sumber benih untuk memenuhi kebutuhan benih bagi permudaan Jati, yaitu tegakan benih teridentifikasi, tenagn benih terseleksi dan APB. Sedangkan untuk klon ada Kebun Benih Klon (CSO). Asal usul sumber benih ini penting karena sekaligus menunjukan identitas pada kualitas genetiknya, sehingga selalu harus dicantumkan secara jelas pada label atau Sertifikat Benih yang menyertainya pada waktu distribusi dilakukan. Dimasa mendatang potensi dan produktivitas tegakan Jati akan banyak dipengaruhi oleh kualitas benih yang dihasilkan dari suatu sumber benih.

Jumat, 28 Oktober 2011

KELOMPOK TANI PEMBIBITAN TUNAS TANI MANDIRI

Kelompok Tani Pembibitan Tanaman Kehutanan Tunas Tani Mandiri didirikan pada tahun 2007 di Dusun Pakemitan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Pemuliaan tanaman kehutanan menjadi dasar dari kegiatan yang dilakukan. Disini kami mencoba untuk membudidayakan berbagai macam jenis tanaman kehutanan seperti akasia (Acacia mangium W), gmelina/jati putih (Gmelina arborea), jati (Tectona grandis L), mahoni (Swietenia macrophylla), sengon/jengjing (Paraserianthes falcataria), dan surian (Toona sureni Merr).     

JENIS KEGIATAN


 1. Penyedia jasa pengadaan bibit kehutanan dan perkebunan
 2. Penyedia jasa pembangunan persemaian (pembibitan)
 3. Penyedia jasa penanaman kehutanan dan perkebunan


    






































































                            





       



















































Jati Jawa (Tectona gradis Linn)

Rumphius, diperkirakan menjadi pelukis pertama tt.jati dalam ''Ambonsche kruidboek""-nya 1697 memberi keterangan botanis dari jati sebagai berikut :
Daun : daun terbesar yang pernah dilihatnya dari pohon muda mencapai panjang 3 kaki dan lebar 20 dim, kebelakang menjadi tirus, kaku dan keras; kering menggerasaaak, diatas warnanya hijau tua dan kasar seperti kulit ikan cucut; dibawah warnanya kelabu sebam dan seperti bulu domba, penuh dengan tulang daun yang kuning warnanya; rasa dan baunya seperti tumput kering dan pait; letak dua daun pada tangkai berhadapan dan 4 daun merupakan bersilang; jarak tangkai daun satu sama lain agak panjang pada tangkai yang lurus dan panjang juga pada yang berbentuk persegi di pucuk; tangkai ini tertutup seperti bulu domba.
Kulit : kulit halus, dari luar seperti bulu domba; kulit ini terasa gatal bila basah liat dirabanya.
Majemuk bunga : rangkai bunga bertandan yang agak teerhampar dan letak tangkai bersilang; dengan susunan begini seterusnya hingga ketangkai bunga yang dua berdua merupakan topang dimana duduk bunga yang kecil; bunga jati terdiri dari enam benang putih dan melengkung kebelakang, diatasnya duduk 6 putik kecil berwarna kuning dan tiang kecil. Di tengah-tengah terletak putik hijau, yang nantinya berbangun seperti kantong kecil, yang akan menjadi biji.
Biji : mula2 biji dibungkus selaput berwarna hijau, yng lama kelamaan menjadi hijau kemerah-merahan. Selaput atau kantong makin lama menjadi kering, di dalam kantong terbungkus putik bundar yang berbulu seperti bulu domba, ini yang disebut biji jati.
Kayu : ada dua jenis kayu jati :
1. jati lanang, warna hitam kepucat-pucatan, bercorak-corak menurut panjangnya, liat, keras dan tidak mudah diketam dan digergaji.
2. jati wedok, warnanya pucat kurang bercorak, lunak, tidak mudah diketam dan agak berambaian, sukar digergaji, dan sukar dihaluskan.
Waktu berbuah ; di jawa jati berbunga di musim kemarau dan berbuah/berbiji di akhir bulan november.
Nama ; dalam bahasa latin ''Jatus'', jerman ''kiantenhout'', melayu dan jawa ''Jati'', Bontius (1630) menamakan dia ''Quercus Indica''.

Poerwokoesoemo, S. Rd. (1956). Jati Jawa (Tectona grandis Linn)

Jati Putih (Gmelina arborea Roxb)


Jati Putih (Gmelina arborea Roxb) adalah salah satu jenis pohon dari famili Verbenaceae yang satu famili dengan Jati (Tectona grandis). Pohon ini berasal dari negeri, Nepal, India, Pakistan, Bangladesh, Srilangka, Myanmar, Thailand, laos, Kamboja, Vietnam dan Cina Selatan.
Beberapa sifat fisik dan kimia kayu Jati Putih adalah warna kayu yang pucat dan bervariasi dari kuning jerami sampai dengan putih krem dan dapat berubah menjadi coklat merah, tidak ada perbedaan warna antara kayu teras dan gubal. Kayu mudah digergaji dan diserut dengan hasil licin dan mengkilap, serat agak berpadu bervariasi dari lurus sampai ikal, jumlah serat dalam kayu 64,2% tekstur agak besar, kelas kuat III. berat jenis antara 0,38 - 0,42 dimana berat jenis ini tidak dipengaruhi oleh kecepatan tumbuh, adapun bilangan runkel antara 0,39 s/d 0,50. Hasil pulp dari Jati Putih memiliki keteguhan sobek, keteguhan pecah dan keteguhan tarik sedang (Martawijaya dan Barly,a 1995).
Syarat tumbuh Jati Putih mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi (0 - 1.000 m dpl) dengan curah hujan 1.000 mm per tahun dimana jumlah bulan kering maksimum 6 - 7 bulan per tahun.