Selasa, 04 Agustus 2015

BIBIT SURIAN @ Rp.1,700/JABAR

Suren ( Toona sureni  )
Suren ( Toona sureni  ) Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 600 2.700 m dpl dengan temperature 22ÂșC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai penahan angin (winbreak) di perkebunan teh.

BIBIT JABON @Rp. 1,700/PRANGKO JABAR

Jabon (Anthocephalus cadamba)
Jabon merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya tergolong sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ketinggian <1000 m dpl, jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis, karena jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon / albasasia. Pertumbuhan jabon tergolong sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon, sehingga dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung, atau tanah berbatu.

BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria) @.Rp. 1,200/PRANGKO JABAR

                   SENGON (Paraserianthes falcataria) 
Sengon (Albazia Falcataria), termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti di Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa), Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.  
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.   
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.  


BIBIT MANGLID (Manglietia glauca) Rp. 1,700/PRANGKO JABAR

Manglid (Manglietia glauca)
Manglid (Manglietia glauca) merupakan salah satu jenis dari famili Magnoliaceae dan dikenal dengan nama daerah Baros, Manglid ( Sunda ); Baros, cempaka bulus ( Jawa ); Cempaka, Kepelan (Bali); Jatuh ( Karo ); Madang limpaung, Sitibai (Minangkabau).
Manglid berupa pohon, tinggi mencapai 25 – 40 m dengan bebas cabang 25 m dan diameter mencapai 150 cm, tersebar di ketinggian 1000 – 1500 m dpl. Hidupnya berkelompok dan di tempat yang lembab. Tajuk membulat, lebat, percabangannya berbentuk garpu yang dimulai jauh dari atas tanah, Daun tunggal bentuk elips memanjang atau elips melebar, kebanyakan bulat telur memanjang, ukuran 13-18 cm, panjang kadang sampai 25 cm. Ujung dan pangkal daun runcing, tangkai daun panjang. Tidak berbulu, permukaan bawah daun berwarna abu-abu kebiruan, permukaan atas hijau muda agak mengkilap, tersusun spiral. 
Adapun keuntungan dari kayu Manglid tersebut karena ringan yaitu dengan berat jenis sehingga mudah dikerjakan, dan karena kekuatan dan keawetannya jenis kayu tersebut sering dijadikan bahan baku pembuatan jembatan, perkakas rumah dll.

BIBIT JABON MERAH (Antocephalus machropyllus) Rp. 4,500/PRANGKO JABAR

Jabon Merah (Antocephalus machropyllus)
Jabon Merah (Antocephalus machropyllus) merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh (fast growing species), tinggi tanaman mencapai 40 meter dengan batang bundar dan tegak lurus dengan lingkar batang mencapai 150 cm (diameter 50 - 60 cm). Jabon Merah merupakan tanaman pioner yang toleran cahaya sehingga dapat hidup dibawah naungan sekalipun. Dapat hidup di ketinggian 100-1000 mdpl dan yang terpenting adalah tanaman ini siap panen pada umur 6 sampai 10 tahun.
Pada umur 10 tahun rata-rata volume dalam satu pohon adalah 0,8 - 1,0 m3 bahkan bisa lebih untuk perawatan maksimal.
Kemampuan menahan dan menyimpan air sangat tinggi sehingga cocok untuk menahan tanah dari bahaya erosi, mampu menghasilkan oksigen dalam jumlah besar, dapat dibuat veneer untuk Face-Back pada produk plywood menggantikan meranti dan kayu alam lainnya, dapat dipakai untuk perkakas rumah tangga, bahan bangunan dan pertukangan, da kualitas kayu jauh lebih baik daripada sengon. 

BIBIT JATI (Tectona grandis. Linn. f) VEGETATIF Rp. 15,500/PRANGKO JABAR

 JATI (Tectona grandis. Linn. f)
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. 
Bibit Jati (Tectona grandis. Linn. f) yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan yaitu : mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, dan yang terpenting kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.